Memahami Metode Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli
Memahami Metode Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli - Dalam upaya memperkenalkan pendekatan kualitatif, pembandingan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif tidak dapat dihindarkan, dan memang harus dilakukan. Hal ini terutama perlu dilakukan karena penelitian kualitatif masih sering dilihat dari kaca mata berpikir positivistik-kuantitatif, suatu cara berpikir yang tidak tepat dan hanya merugikan perkembangan ilmu. Pembandingan juga perlu dilakukan untuk dapat membantu dalam pemilihan pendekatan dan metode apa yang lebih cocok digunakan bagi topik penelitian. Bagaimanapun perlu diingat bahwa pembandingan merupakan simplifikasi, dan dalam kenyataannya, suatu masalah penelitian sering memerlukan penggabungan antara yang kuantitatif dan kualitatif untuk dapat memberikan pemahaman utuh mengenai fenomena yang diteliti.
Suatu hal yang wajar, bahwa telah terbiasanya psikologi dengan tradisi positivistik, berbagai kebingungan dan debat muncul tentang penelitian kualitatif. Kebingungan itu terutama menyangkut peran dan posisi teori, serta cara analisis dan interpretasi. Ada yang memandang teori harus diberlakukan sama seperti dalam penelitian kuantitatif, yang lain mengatakan teori tidak terlalu diperlukan, sementara sebagian lagi menbgatakan teori tetap sangat diperlukan, tetapi harus diperlakukan dengan cara berbeda.
Kecenderungan negatif dalam memanfaatkan pendekatan kualitatif
Dengan tidak dipahaminya pendekatan kualitatif dengan baik, satu fenomena yang cukup umum terjadi adalah bahwa data yang diperoleh dari penelitian kualitatif diperlakukan secara tidak tepat. Pada akhirnya yang tertampil adalah analisis dan kesimpulan yang terlalu sederhana dan simplistis karena kekayaan data kualitatif terbuang begitu saja tanpa mendapat pengolahan yang memadai. Fenomena lain yang juga kurang positif adalah keyakinan sebagian peneliti bahwa "kalau mau menggunakan subjek dengan jumlah sedikit, gunakan saja pendekatan kualitatif". Dengan cara berpikir demikian, terjadi minimalisasi, peneliti sekenanya menggunakan pendekatan kualitatif sekedar karena enggan berusaha maksimal dalam pengumpulan data.
Selanjutnya sering juga terdengar komentar:"... banyak orang beralih ke peneltian kualitatif karena mereka tidak mereka tidak menguasai metodologi penelitian dan statistik, atau karena enggan mencari banyak partisipan penelitian". Penilaian seperti ini tidak sepenuhnya salah karena memang ada kecenderungan sebagian pihak menganggap penelitian kualitatif sebagai sekedar penelitian yang bukan kuantitatif (tidak menggunakan angka dan statistik), dan karenanya, lebih mudah dilakukan. Neuman (1997) menyatakan bahwa orang cenderung melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang lebih mudah. Karena itu mereka yang merasa terbatas kemampuan statistiknya mencari jalan pintas lewat pendekatan kualitatif.
Tampaknya tidak semua memahami dengan jelas bahwa permasalahannya bukanlah memilih paradigma dan pendekatan yang lebih mudah atau lebih sukar, lebih ilmiah atau kurang ilmiah, melainkan bahwa keduanya memiliki asumsi-asumsi yang berbeda. Suatu topik dan tujuan penelitian tertentu harus memperoleh penanganan yang tepat, dalam arti, dipahami dan dikelola dengan menggunakan paradigma dan pendekatan yang tepat, untuk dapat mengungkapkan realitas yang sesungguhnya.
Pendekatan penelitian yang tepat sebagai prasyarat dapat dijalankannya peran psikologi secara signifikan dalam masyarakat
Dalam mukadimah American Psychological Association dikemukakan:
Prinsip di atas menjelaskan bagaimana psikologi ingin menjalankan peran positif bagi pengembangan kehidupan masyarakat. Dikaitkan dengan metodologi penelitian, tampaknya akan sulit bagi psikologi untuk mampu secara optimal menjalankan peran yang digariskannya sendiri bila membatasi peneltiannya hanya pada aspek-aspek tertentu, dan hanya dengan metode-metode tertentu. Penelitian tentang perilaku dan penghayatan manusia harus memungkinkan pemahaman tentang kompleksitas perilaku dan penghayatan tersebut. Untuk keperluan itu, peneliti psikologi harus memperlakukan manusia secara empatis sebagai makhluk yang jelas memiliki kesadaran (memiliki pemahaman tentang hidupnya). Giorgi (1995) menjelaskan dalam uraiannya:
Kupas Tuntas Metode Penelitian Kualitatif
PENGERTIAN METODE PENELITIAN KUALITATIF
Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian adalah penelitian yang bercorak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian yang benar jika menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dengan metode penelitian kuantitatif.
DASAR-DASAR PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma Metode Penelitian
Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau teori menuju pada hal-hal yang khusus atau kenyataan. Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian.
Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau intrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh.
Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma baru. Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa ini disebut masa pra-positivisme.
Setelah itu timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme.
Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dergan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan post-positivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.
Dalam penelitian, dikenal tiga metode yang secara kronologis berurutan yakni metode pra-positivisme, positivisme, dan post-positivisme.
Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu:
Dasar Teoritis Penelitian
Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:
KEDUDUKAN DAN RAGAM PARADIGMA
Kedudukan Paradigma Dalam Metode Penelitian Kualitatif
Ilmu pengetahuan merupakan suatu cabang studi yang berkaitan dengan penemuan dan pengorganisasian fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan metoda-metoda. Dari sini dapat dipahami bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka cabang studi itu haruslah memiliki unsur-unsur penemuan dan pengorganisasian, yang meliputi pengorganisasian fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan, prinsip-prinsip serta metoda-metoda. Oleh Moleong prinsip-prinsip ini disebut sebagai aksioma-aksioma, yang menjadi dasar bagi para ilmuan dan peneliti di dalam mencari kebenaran melalui kegiatan penelitian.
Dasar-dasar untuk melakukan kebenaran itu biasa disebut sebagai paradigma, yang oleh Bogdan dan Biklen dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Ada berbagai macam paradigma yang mendasari kegiatan penelitian ilmu-ilmu sosial. Paradigma-paradigma yang beragam tersebut tidak terlepas dari adanya dua tradisi intelektual Logico Empiricism dan Hermeneutika.
Logico Empiricism, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang nyata atau faktual dan yang serba pasti. Sedangkan Hermeneutika, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang berada di balik sesuatu yang faktual, yang nyata atau yang terlihat.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.
Pilihan terhadap tradisi mana yang akan ditempuh peneliti sangat ditentukan oleh tujuan dan jenis data yang akan ditelitinya. Oleh karena itu pemahaman terhadap paradigma ilmu pengetahuan sangatlah perlu dilakukan oleh para peneliti. Bagi kegiatan penelitian, paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi dalam melakukan proses penelitian selengkapnya.
Sekian artikel tentang Memahami Metode Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
Suatu hal yang wajar, bahwa telah terbiasanya psikologi dengan tradisi positivistik, berbagai kebingungan dan debat muncul tentang penelitian kualitatif. Kebingungan itu terutama menyangkut peran dan posisi teori, serta cara analisis dan interpretasi. Ada yang memandang teori harus diberlakukan sama seperti dalam penelitian kuantitatif, yang lain mengatakan teori tidak terlalu diperlukan, sementara sebagian lagi menbgatakan teori tetap sangat diperlukan, tetapi harus diperlakukan dengan cara berbeda.
Kecenderungan negatif dalam memanfaatkan pendekatan kualitatif
Dengan tidak dipahaminya pendekatan kualitatif dengan baik, satu fenomena yang cukup umum terjadi adalah bahwa data yang diperoleh dari penelitian kualitatif diperlakukan secara tidak tepat. Pada akhirnya yang tertampil adalah analisis dan kesimpulan yang terlalu sederhana dan simplistis karena kekayaan data kualitatif terbuang begitu saja tanpa mendapat pengolahan yang memadai. Fenomena lain yang juga kurang positif adalah keyakinan sebagian peneliti bahwa "kalau mau menggunakan subjek dengan jumlah sedikit, gunakan saja pendekatan kualitatif". Dengan cara berpikir demikian, terjadi minimalisasi, peneliti sekenanya menggunakan pendekatan kualitatif sekedar karena enggan berusaha maksimal dalam pengumpulan data.
Selanjutnya sering juga terdengar komentar:"... banyak orang beralih ke peneltian kualitatif karena mereka tidak mereka tidak menguasai metodologi penelitian dan statistik, atau karena enggan mencari banyak partisipan penelitian". Penilaian seperti ini tidak sepenuhnya salah karena memang ada kecenderungan sebagian pihak menganggap penelitian kualitatif sebagai sekedar penelitian yang bukan kuantitatif (tidak menggunakan angka dan statistik), dan karenanya, lebih mudah dilakukan. Neuman (1997) menyatakan bahwa orang cenderung melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang lebih mudah. Karena itu mereka yang merasa terbatas kemampuan statistiknya mencari jalan pintas lewat pendekatan kualitatif.
Tampaknya tidak semua memahami dengan jelas bahwa permasalahannya bukanlah memilih paradigma dan pendekatan yang lebih mudah atau lebih sukar, lebih ilmiah atau kurang ilmiah, melainkan bahwa keduanya memiliki asumsi-asumsi yang berbeda. Suatu topik dan tujuan penelitian tertentu harus memperoleh penanganan yang tepat, dalam arti, dipahami dan dikelola dengan menggunakan paradigma dan pendekatan yang tepat, untuk dapat mengungkapkan realitas yang sesungguhnya.
![]() |
image source: |
baca juga: Dampak Gaya Kepemimpinan Coaching Terhadap Perilaku Korupsi
Pendekatan penelitian yang tepat sebagai prasyarat dapat dijalankannya peran psikologi secara signifikan dalam masyarakat
Dalam mukadimah American Psychological Association dikemukakan:
Psychologists respect the dignity and worth of the individual and strive for the preservation and protection of fundamental human rights, they are committed to increasing knowledgenof human behavior and of people's understanding of themselves and others and tonthe utilization of such knowledge for the promotion of human welfare ( dikutip dari Purwandari, hal 12).
Prinsip di atas menjelaskan bagaimana psikologi ingin menjalankan peran positif bagi pengembangan kehidupan masyarakat. Dikaitkan dengan metodologi penelitian, tampaknya akan sulit bagi psikologi untuk mampu secara optimal menjalankan peran yang digariskannya sendiri bila membatasi peneltiannya hanya pada aspek-aspek tertentu, dan hanya dengan metode-metode tertentu. Penelitian tentang perilaku dan penghayatan manusia harus memungkinkan pemahaman tentang kompleksitas perilaku dan penghayatan tersebut. Untuk keperluan itu, peneliti psikologi harus memperlakukan manusia secara empatis sebagai makhluk yang jelas memiliki kesadaran (memiliki pemahaman tentang hidupnya). Giorgi (1995) menjelaskan dalam uraiannya:
What remains to be mentioned is the fact that how one is systematic, methodical, critical and general with objects of knowledge that do possess consciousness. The criteria are the same, but the manner of implementing the criteria are quite different because of the essential qualitative difference between phenomena that have consciousness and those that lack of it.
Kupas Tuntas Metode Penelitian Kualitatif
PENGERTIAN METODE PENELITIAN KUALITATIF
Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian adalah penelitian yang bercorak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian yang benar jika menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dengan metode penelitian kuantitatif.
- Ada dua kelompok metode penelitian dalam ilmu sosial yakni metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Di antara kedua metode ini sering timbul perdebatan di seputar masalah metodologi penelitian. Masing-masing aliran berusaha mempertahankan kekuatan metodenya
- Salah satu argumen yang dikedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode yang dipinjam dari ilmu eksakta.
- Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka
- Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden.
DASAR-DASAR PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma Metode Penelitian
Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau teori menuju pada hal-hal yang khusus atau kenyataan. Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian.
Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau intrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh.
Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma baru. Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa ini disebut masa pra-positivisme.
Setelah itu timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme.
Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dergan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan post-positivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.
Dalam penelitian, dikenal tiga metode yang secara kronologis berurutan yakni metode pra-positivisme, positivisme, dan post-positivisme.
Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu:
- Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).
- Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara
- Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
- Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
- Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.
- Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
- Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.
- Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
- Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.
- Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.
- Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
- Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
- Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai.
- Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.
Dasar Teoritis Penelitian
Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:
- Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
- Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan.
- Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan.
- Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.
KEDUDUKAN DAN RAGAM PARADIGMA
Kedudukan Paradigma Dalam Metode Penelitian Kualitatif
Ilmu pengetahuan merupakan suatu cabang studi yang berkaitan dengan penemuan dan pengorganisasian fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan metoda-metoda. Dari sini dapat dipahami bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka cabang studi itu haruslah memiliki unsur-unsur penemuan dan pengorganisasian, yang meliputi pengorganisasian fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan, prinsip-prinsip serta metoda-metoda. Oleh Moleong prinsip-prinsip ini disebut sebagai aksioma-aksioma, yang menjadi dasar bagi para ilmuan dan peneliti di dalam mencari kebenaran melalui kegiatan penelitian.
Dasar-dasar untuk melakukan kebenaran itu biasa disebut sebagai paradigma, yang oleh Bogdan dan Biklen dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Ada berbagai macam paradigma yang mendasari kegiatan penelitian ilmu-ilmu sosial. Paradigma-paradigma yang beragam tersebut tidak terlepas dari adanya dua tradisi intelektual Logico Empiricism dan Hermeneutika.
Logico Empiricism, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang nyata atau faktual dan yang serba pasti. Sedangkan Hermeneutika, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang berada di balik sesuatu yang faktual, yang nyata atau yang terlihat.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.
Pilihan terhadap tradisi mana yang akan ditempuh peneliti sangat ditentukan oleh tujuan dan jenis data yang akan ditelitinya. Oleh karena itu pemahaman terhadap paradigma ilmu pengetahuan sangatlah perlu dilakukan oleh para peneliti. Bagi kegiatan penelitian, paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi dalam melakukan proses penelitian selengkapnya.
Sekian artikel tentang Memahami Metode Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
- Purwandari, E. Kristi (1998), Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, Fakultas Psikologi UI (LPSP3)
Open Comments
Close Comments