Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perilaku Konsumen Ekonomi, Keyakinan Sosial, dan Kinerja

Perilaku Konsumen Ekonomi, Keyakinan Sosial, dan Kinerja - Materi ini membahas tentang aspek ekonomi dan kehidupan konsumen, keyakinan sosial dan sistem nilai. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai aspek ekonomi dan kehidupan konsumen, keyakinan sosial dan sistem nilai kinerja.

Menyimpan, Membelanjakan dan Pinjaman Pribadi

Dalam keseharian individu, pasti akan berhadapan dengan pengambilan keputusan mengenai uang. Banyak sekali keputusan yang dipertimbangkan, misalnya mengenai menabung untuk liburan ke luar negeri, mengurus tagihan kartu kredit dan yang lainnya.

Pada materi ini akan dibahas mengenai isu menabung, kredit dan pinjaman personal. Pembahasan ini akan menjelaskan pengaturan keuangan pribadi melalui batasan ekonomi dan faktor psikologi sosial.

Perilaku Konsumen Ekonomi, Keyakinan Sosial, dan Kinerja_
image source: www.tnooz.com
baca juga: Pengertian dan Metode Pengembangan Karir di Dunia Kerja

Perkembangan dalam Pembelajaan Konsumen Modern

Melihat praktek sehari-hari dalam peminjaman uang telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat, terutama pada satu atau dua decade terakhir. Ditambah lagi, cara-cara untuk mendapatkan pinjaman telah mengalami perubahan yang radikal melalui ketersedian kredit konsumtif serta penggunaan kartu kredit. Kondisi menimbulkan fenomena semakin banyaknya tunggakan kredit konsumsi yang jumlah berlipat ganda.

Pada aspek penyimpanan uang, ada asumsi bahwa penyipanan dan peminjaman adalah kebalikan praktek keuangan, misalnya bila seseorang memiliki kelebihan uang maka ia akan menabung. Dan bila yang dia kekerangan uang maka akan meminjam. Akan tetapi hubungan antara meminjam dan menabung ternyata tidak semudah itu. Salah satu contoh, angka tabungan di Inggris pada tingkat nasional tidak selalu menunjukkan pengurangan karena kredit konsumen dan kenaikan utang, banyak orang meminjam uang dan menyimpan pada waktu yang bersamaan (Lunt & Livingstone dalam Semin, 1996).

Pendekatan Ekonomi

Teori awal yang menjelaskan bahwa pendapat adalah hal penting yang utama dari salah satu pendukung empiris dari tabungan (Lea, Tarpy & Webly dalam Semin, 1996). Yang paling berpengaruh adalah pendekatan ekonomi terkini (reasionalitas) yang diawali dari asumsi bahwa menabung berarti penangguhan konsumsi. Sederhananya, persoalan rasional seseorang adalah untuk membuat pilihan antara membelanjakan sekarang atau nanti (membelanjakan atau menyimpan) sehingga keputusan yang diambil memiliki manfaat. Teori-teori lain berupaya menjelaskan pola optimal dari menabung, membelanjakan dan meminjam. Yang paling terkenal adalah hipotesa daur hidup dari Mogliani dan Brumberg dimana menjelaskan bahwa seseorang berusaha merencanakan pembelanjaan konsumsi untuk keseluruhan daur hidup mereka.

Teori lain dikenal dengan teori perhitungan mental dari Shefrin & Thaler. Model ini menggunakan konsep psikologi dari pengendalian diri dan self framing. Model ini memungkinkan individu untuk menilai, menghabiskan dan menyimpang uang secara berbeda, tergantung pada sumbernya dan framing menekankan persepsi mereka akan kategori uang adalah penting. Pengendalian diri adalah latihan ketika individu menyelesaikan tekanan antara rencana jangka panjang dan keinginan konsumsi yang mendesak melalui peraturan yang dibebankan kepada diri sendiri dan komitmen eksternal. Kekuatan model ini adalah dapat memberikan pemahaman mengapa orang meminjam dan menabung pada satu waktu yang sama.

Faktor Psikologis

Penelitian faktor psikologis menaruh perhatian pada perbedaan individu dalam bagaimana seseorang mengatur keuangannya, termasuk bagaimana motivasi, sifat pribadi, kemampuan dan minat mereka. Berikut ini adalaha hirarki tabungan yang mengidentifikasikan tipe-tipe dari penabung berdasarkan motivasi yang mendasarinya :

- Cash Manager
Menyimpan uang untuk membayar tagihan setiap hari

- Buffer Saver
Menyimpan untuk menghadapi situasi yang mendesak

- Goal Saver
Menyimpan untuk hal-hal yang lebih baik, misalnya memberi rumah yang lebih bagus atau luas

- Wealth Manager
Bertujuan untuk investasi

Ide menabung memerlukan kerelaan seseorang untuk tidak mendapatkan kesenangan sesaat. Dalam konsep ekonomi dikenal sebagai konsep time preferences atau pemilihan waktu yang lebih tepat. Dalam konsep psikologi dikenal dengan konsep ability to delay gratification yaitu kemampuan individu untuk menunda kesenangan (Lea dkk dalam Samin, 1996).

Sudut Pandangan Psikologi Sosial

Keputusan-keputusan mengenai keuangan sehari-hari dipengaruhi oleh konteks moral dan budaya. Di Inggris ektiak kerja protestan meyakini bahwa menabung adalah hal yang dibenarkan oleh agama (dimana hasil kerja keras, usaha dan ketekunan), sementara meminjam uang adalah salah karena hasil dari kemalasan dan ketidakcermatan dalam membelanjakan uang).

Secara budaya orang-orang sering kali merasa berada dalam sebuah tekanan untuk mengkonsumsi dan berbelanja karena aktivitas tersebut dihubungkan dengan identitas dan gaya hidup. Individu yang mengkonsumsi berarti kemewahan dan kesenangan. Hal tersebutlah yang menyebabkan ia terus mengkonsumsi. Akan tatapi disayangkan penelitian mengenai meminjam dan menyimpan masih sangat sedikit untuk dapat mengatakan bahwa variable psikologi sosial untuk memprediksi dapat meningkatkan kemampuan dan menjelaskan siapa yang akan menyimpan dan siapa yang akan terlibat dalam hutang.

Lea dkk (dalam Samin, 1996) mengatakan bahwa pinjaman merupakan masalah utama dari kesulitan keuangan, pinjaman individu yang besar akan mengurangi pendapatan mereka, status pekerjaan mereka dan tidak jarang mengurangi aset.

Sebaliknya, Livingstone & Lunt (dalam Samin, 1996) menemukan dibandingkan individu yang tidak memiliki pinjaman, mereka yang memiliki pinjaman cenderung lebih impulsif dalam berbelanja, merasa kurang dapat mengendalikan keuangan mereka, kurang merasa puas dengan standar hidup mereka, menyalahkan permasalahan keuangan mereka dalam membenarkan adanya fasilitas kredit, limit kredit yang tinggi, menikmati belanja, perencanaan keuangan yang tidak hati-hari dan kurang displin diri.

Pengertian Psikologi dan Sosial Mengenai Uang

Uang telah menjadi bagian dari hidup manusia selama lebih dari 2500 tahun, akan tetapi masih sedikit yang mengetahui kegunaan dan arti uang tersebut. Dari sudut pandang ekonomi tradisional, uang tidak lebih dari sekedar media pertukaran barang atau jasa yang diterima secara umum (Lewis dkk dalam Samin, 1996).

Uang sebagai Mata Uang Sosial maupun Non Sosial

Ekonom melihat uang sebagai keperluan non sosial dan mereka berargumen bahwa akan sangat mudah dimengerti apakah individu dapat memahami 4 fungsi utamanya :

  1. Sebagai media pertukaran, uang memberi kesempatan kepada orang-orang untuk dapat menukar barang-barang yang memang diperlukan pada waktu tertentu
  2. Penyimpanan nilai
  3. Unit standar dari akun, yang dimana nilai suatu benda diterjamahkan
  4. Pembayaran atas benda untuk jangka waktu yang lama


Para antropologis ekonomi memperhatikan peranan uang dalam hubungan sosialnya dengan manusia, seperti membuat kehidupan sosial, kategori budaya agar terlihat dan berjalan stabil. Misalnya, kegunaan dua bentuk uang di pulai pasifik sangatlah berhubungan dengan jenis kelamin, dimana ndap (satu buah kerang) dihargai sebagai uang milik para lelaki dan nko (seperangkat yang terdiri dari 10 buah kerang) sebagai uang para wanita (Einzig dalam Samin, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa uang memiliki arti penting dan simbolik dalam kehidupan sosial.

Motivasi Bawah Sadar dan Kepribadian Uang

Pendekatan-pendekatan psikoanalisa menginformasikan adanya kesamaan bahwa mereka melihat hubungan orang dewasa dengan uang dan kepemilikan merupakan hasil ketidaksadaran dari pertentangan antara kesenangan masa bayi akan kotoran (feses) dan larangan untuk itu dari orang tua dan lingkungan. Ajaran klasik Freud mengatakan “anal eroticism atau kesenangan anal terkait uang dan kepemilikan adalah simbol feses, yang memberikan kesenangan seseorang untuk memiliki kontrol yang hilang pada feses yang sesungguhnya dan menghubungkan kesenangan fisik (erotik) selama proses belajar toilet training yang terbatas.

Penekanan yang umum dalam pendekatan-pendekatan ini ada pada motivasi bawah sadar dan cara-cara yang dibesar-besarkan tanpa kontrol dalam berurusan dengan uang (seperti ciri anal, menumpuk dan menderita) adalah bukti dalam tipologi terbaru dari kepribadian uang, dimana uang disamakan dengan kekuatan, cinta, keamanan dan ekspresi diri. Sebagai contoh, Goldberg & Lewis (dalam Samin, 1996) mengidentifikasikan obsesi terhadap uang sebagai berikut :

  1. Pengumpul keamanan, tidak mempercayai orang lain dan menggunakan uang mereka untuk mengurangi kecemasan mereka akan ketergantungan terhadap orang lain
  2. Perebut kekuasaan, melihat uang sebagai kekuatan, kontrol dan kekuatan; kekalahan keuangan berarti ketidakberdayaan dan memalukan
  3. Penjual cinta, menghubungkan antara uang dan cinta, dimana uang adalah simbol dari cinta, atau uang adalah cinta itu sendiri, atau cinta dijadikan komoditas yang dapat diperjualbelikan
  4. Pemuji kemandirian, menggunakan uang untuk mendapatkan kebebasan dan kemandiriaan


Bagaimanapun menariknya konsep psikoanalisa dianggap sulit untuk dapat dipakai dalam studi empiris dan penemuan-penemuan penelitian yang sudah ada tidak mampu memberikan dukungan yang meyakinkan terhadap kepribadian. Kecenderungan untuk membesar-besarkan ketidaknormalan dibandingkan dengan penggunaan uang sehari-hari. Lalu juga tidak mampu menjelaskan secara mudah perubahan kebiasaan keuangan seseorang atau perbedaan pengertian uang pada kelompok sosial. Kekuatan psikoanalisas adalah memberikan pengertian uang sebagai simbol-simbol selain hanya sebagai media pertukaran.

Psikologi Sosial dari Kepemilikan Harta Benda

Barang-barang yang ada disekeliling individu memiliki kegunaan sebagai alat prakis agar dapat membuat hidup lebih mudah, lebih nyaman dan lebih efisien. Namun, bukan hanya untuk fungsional, afa bukti yang menguatkan fungsi psikologis dari barang-barang tersebut. Harta dianggap sebagai bagian dari diri, bisa berfungsi sebagai simbol materi dari identitas dan makna sosial psikologis yang berubah-ubah sepanjang kehidupan.

Harga Benda Sebagai Bagian dari Diri

Dalam penjelesan Belk (dalam Samin, 1996) menunjukkan bahwa masyarakat menganggap keseluruhan objek harga adalah bagian dari diri dan menyimpulkan bahwa harta adalah perpanjangan diri. Kepemilikan barang membuat seseorang merasa dirinya menarik. Dengan menggunakan harta individu membangun citra diri yang positif.

Perubahan Makna dan dan Fungsi Harta Sepanjang Waktu

Perbedaan makna dari harta dapat digambarkan melalui model sebagai berikut :

Perubahan Makna dan dan Fungsi Harta Sepanjang Waktu_
perbedaan makna dari harta

Ada 2 tipe utama dari fungsi harta :

  1. Kegunaan sebagai instrument atau alat untuk memberikan kontrol atau membuat kegiatan sehari-hari menjadi lebih mudah
  2. Sebagai simbol ekspresi mengenai siapa individu yang menggunakan atau memiliki
    a. Simbol kategorikal, memungkinkan individu untuk mengekspresikan posisi, kemakmuran dan status sosial mereka dan mengindikasikan keanggotaan mereka pada kelompok tertentu. Baik dalam kategori sosial yang luas (seperti jenis kelamin) dan kelompok yang lebih kecil atau bagian budaya.
    b. Simbol ekspresi diri, mereka dapat merepresentasikan kualitas uni dari seseorang, nilai-nilai, perilaku-perilaku, membuat catatan singkat mengenai riwayat hidup dan mengidentifikasikan hubungan interpersonal.

Kepercayaan Sosial dan Sistem Nilai

Berikut ini adalah model yang menjelaskan perubahan pengertian antara konsumen budaya, konsumen barang dan konsumen individual.


Pengertian Modern dan Fungsi dari Belanja

Secara tradisional, penekanan pada belanja adalah perilaku membeli, keputusan konsumen mengenai benda tertentu yang akan dibeli, dimana dan kapan (Tybout & Artz dalam Samin, 2996).

Menurut Gunter & Furnham (dalam Samin 1996) terdapat tipologi dari motivasi belanja yang membedakan individu satu sama lain dalam berbelanja, yaitu sebagai berikut :

  1. Pembelanja Ekonomis (Economic Shopper)
    Bertujuan untuk membuat penilaian, pembelian yang efisien, menggunakan harga dan kualitas
  2. Pembelanja Pembentuk Kepribadian ( Personalizing Shopper)
    Lebih perduli dengan interaksi sosial dalam proses pembelian
  3. Konsumen beretika (Ethical Consumer)
    Mendukung toko-toko lokal dan kecil
  4. Apathetic Shopper
    Tidak menyukai berbelanja dan jauh lebih peduli dengan kenyamanan dan usaha yang minim.


Sekian artikel tentang Perilaku Konsumen Ekonomi, Keyakinan Sosial, dan Kinerja.

Daftar Pustaka

  • Semin G. R. (1996). Applied Social Psychology. London : Sage Publication

Posting Komentar untuk "Perilaku Konsumen Ekonomi, Keyakinan Sosial, dan Kinerja"