Proses Observasi dan Wawancara dalam Psikologi Klinis
Proses Observasi dan Wawancara dalam Psikologi Klinis - Metode observasi dan wawancara merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Sebagai contoh, lama sebelum assesment dengan menggunakan alat-alat tes dikenal, pemerintah Cina pada abad pertengahan telah menggunakan ujian lisan dalam mengevaluasi pegawai pemerintahannya. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal para pegawai tersebut. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi seperti Oxford University (Aiken, 1996).
Perilaku manusia : (individual ; kelompok)
Observasi & Wawancara
Observasi
Fungsi Observasi dalam penelitian sosial:
Syarat Observasi sebagai metode ilmiah:
Kekuatan Observasi:
Kelemahan Observasi:
Mengatasi Kelemahan Observasi:
baca juga: Proses Asesmen Dalam Bidang Psikologi Klinis
Observasi Klinis
Wawancara
Definisi Wawancara
... a conversation with a purpose (Bingham & Moore, dlm Cannel & Kahn, 1969)
→ tujuan wawancara → menentukan proses wawancara
... verbal instruction that is both purposeful and directed, in which one person takes the responsibility for the development of the conversation (De Schweinitz & Karl, dlm M&L, 1982)
→ directed : diarahkan
Wawancara
SOLERs: (tingkah laku bahasa tubuh)
Simbol
Dimensi-dimensi kritis dalam hubungan antarpribadi: (S&C,2000) :
Perilaku manusia : (individual ; kelompok)
- Overt (Observable) : Pakai observasi
- Covert (Unobservable): Pakai wawancara
Observasi & Wawancara
- Metode yang paling tua
- Metode utk himpun informasi (data psikologis; perilaku) yang diperlukan.
- Psikodiagnostik: upaya diagnosis gejala psikologis berupa ‘penyakit/gangguan’ emosi / kepribadian (orientasi: Klinis-Medis) untuk menemukan:
1. Sumber & dinamika penyebab
2. Prognosis ‘kesembuhan’
3. Cara ‘penyembuhan’ (treatment) yang terbaik (dari segi waktu & guna)
Observasi
- Studi yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis melalui proses penglihatan atas gejala-gejala spontan yang terjadi (Pauline Young)
- Cara yang paling dasar untuk mendapatkan informasi mengenai gejala-gejala sosial melalui proses penglihatan (Jahoda)
- Observasi merupakan suatu metode dasar yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui proses penglihatan.
- Seluruh data diperoleh melalui pengamatan.
Fungsi Observasi dalam penelitian sosial:
- Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya eksploratif
- Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam.
- Sebagai metode utama penelitian.
Syarat Observasi sebagai metode ilmiah:
- Observasi harus dipergunakan dan dirumuskan menurut tujuannya.
- Observasi harus direncanakan secara sistematis (aturan, alat bantu dll)
- Observasi harus dicatat secara sistematis
- Hasil observasi dapat diperiksa kembali, baik validitas maupun reliabilitasnya.
Kekuatan Observasi:
- Memungkinkan perekaman gejala2 pada waktu terjadinya
- Ada studi sosial/psikologis yang tidak mungkin menggunakan metode lain
- Observasi tidak tergantung pada kemauan subyek yang diobservasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamannya.
Kelemahan Observasi:
- Observasi sangat tergantung pada individu yang melakukan observasi (ada faktor subyektivitas observer)
- Hal2 yang dapat diobservasi terbatas pada tingkah laku yang tampil
- Terbatas dalam kurun waktu (kita tidak dapat mengobservasi secara langsung kejadian yang sudah lalu)
- Menunggu gejala yang diobservasi
Mengatasi Kelemahan Observasi:
- Membuat perumusan tujuan secara jelas dan menuangkannya kedalam pola tingkah laku yang akan diobservasi secara terperinci
- Melakukan pencatatan observasi dengan dibantu alat perekam seperti kemera ataupun audiovisual
- Melakukan observasi dengan 2 observer atau lebih
![]() |
image source: |
Observasi Klinis
- Melihat secara seksama dapat memberikan petunjuk berbagai aspek penting kepribadian, pengaruh kultural, pengendalian diri, sikap dan hubungan dengan orang lain.
- Misal: pakaian, penampilan
- Semua orang yang kita temui menunjukkan simbol identitas, peran dan riwayat personal tertentu.
- Contoh: Parut di pergelangan tangan --> upaya bunuh diri
- Pakaian berantakan & rambut kusut dlm konteks sosial ttt --> depresi, skizofrenia
- Pakaian rapi berlebihan --> kepribadian kompulsif
- Klinis menggunakan pengamatan sehari-hari yang informal + tanda2 abnormalitas, concern personal & jenis-jenis hubungan interpersonal.
- Contoh: cara berjalan spt “mengambang” : gejala khas beberapa skizofrenia
- Hindari kontak mata: masalah hubungan interpersonal
Wawancara
Aktivitas & Tujuan Ilmu Pengetahuan
Fokus psikologi:
- mendeskripsikan
- menerangkan
- meramalkan > gejala > memahami
- mengendalikan
Fokus psikologi:
Pengkajian : perilaku manusia :
Makna:
Metode Observasi Wawancara
- Individual ; kelompok
- Overt (Observable) > Pakai observasi
- Covert (Unobservable) > Pakai wawancara
Makna:
- Psikolog sebagai ilmuwan ataupun praktisi/ profesional
- Melalui pemahaman yang dimiliki dapat menemukan cara2 yang tepat untuk ‘menangani’ gejala yang ada (kontrol; intervensi)
Metode Observasi Wawancara
- Metode yang paling tua
- Metode untuk himpun informasi (data psikologis; perilaku) yang diperlukan.
- Catatan: Psikodiagnostik > lazim: upaya diagnosis gejala psikologis berupa ‘penyakit/gangguan’ emosi / kepribadian (orientasi: Klinis-Medis) untuk menemukan:
- Sumber & dinamika penyebab
- Prognosis ‘kesembuhan
- Cara ‘penyembuhan’ (treatment) yang terbaik (dari segi waktu & guna)
- Wawancara bukan sekedar persoalan bicara-bicara, yang mudah dilakukan setiap orang
- Wawancara :
- aktivitas manusia yang kompleks
- butuh pengetahuan (knowledge) & kecakapan2 (skills) tertentu
- memuat resiko yang kerap diabaikan - Wawancara efektif bila menghasilkan hal2 yang diinginkan dan memberi kepuasan kepada semua pihak yang terlibat
- Wawancara pada dasarnya → Seni; butuh bakat, kesungguhan & pengembangan kecakapan diri yang terus menerus
Definisi Wawancara
... a conversation with a purpose (Bingham & Moore, dlm Cannel & Kahn, 1969)
→ tujuan wawancara → menentukan proses wawancara
... verbal instruction that is both purposeful and directed, in which one person takes the responsibility for the development of the conversation (De Schweinitz & Karl, dlm M&L, 1982)
→ directed : diarahkan
- Komunikasi antarpribadi
- Tujuan spesifik, ditetapkan dengan jelas terlebih dulu (menyangkut content)
- Proses: bicara – mendengarkan; tanya –jawab
- Sentral tanggungjawab : pihak yang berkepentingan → mengarahkan/mengendalikan wawancara
- Wawancara yang sukses → pewawancara hanya bicara sedikit, banyak mendengarkan
Wawancara
SOLERs: (tingkah laku bahasa tubuh)
- S : Squarely : wajah menghadap interviewee
- O : Open : jangan bersidekap, sikap tubuh terbuka
- L : Lean forward : badan doyong kedepan
- E : Eye contact : tatap mata
- R : Relax : santai
Simbol
- Interviewer : R : ITER
- Interviewee : E : ITEE
Dimensi-dimensi kritis dalam hubungan antarpribadi: (S&C,2000) :
1. Similaritas
2. Inklusi/ Involvement
3. Afeksi / Liking
4. Kontrol/ Dominance
5. Trust
Wawancara Klinis
1. Rintangan terbesar : Bagaimana menyelesaikan wawancara pertama:
2. Bagaimanapun persiapannya, pewawancara baru akan lebih aprehensif (ada perasaan khawatir, cemas)
3. Initial Interview yg efektif :
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Tahapan Wawancara Klinis
1. Pengaturan & Pembukaan
2. Pengumpulan Informasi
Yang Boleh:
Yang Tidak Boleh:
3. Penutup Wawancara
- Antara E & R ada persamaan norma budaya, nilai2, pengaruh lingkungan, pengalaman, personality traits, sikap dan harapan.
- Bisa berpengaruh baik terhadap wawancara, tetapi bukan berarti bila tidak ada kesamaan wawancara akan tidak sukses.
- E & R mau terlibat dalam wawancara
- Kadang-kadang salah satu pihak tidak mau terlibat dalam wawancara
- Misal: kita suka sebel kalau ada penjual yang tidak berhenti ngomong & tidak kasih kesempatan kita buat bertanya.
3. Afeksi / Liking
- E & R harus saling suka dan menghargai satu sama lain
- Suasana yang hangat bisa lebih tercapai bila kita menggunakan istilah “kita’ dibandingkan bila kita menggunakan ‘saya – anda’ atau ‘ kami- mereka’.
4. Kontrol/ Dominance
- E & R harus saling berbagi kontrol dan tidak ada yang mau lebih dominan
5. Trust
- E & R harus saling percaya bahwa mereka saling jujur, tulus, dapat diandalkan, reliabel & safe.
- Peranan Harga-Diri (self esteem)
- Persepsi antarpribadi; impression management
- Faktor umpan balik & aktivitas mendengarkan (S&C,2000: untuk komprehensi, empati, evaluasi & resolusi)
- Interaksi verbal & non-verbal (Catatan, jargon,dsb)
Wawancara Klinis
1. Rintangan terbesar : Bagaimana menyelesaikan wawancara pertama:
- terutama bila klien tidak datang sendiri
- rapport
- orientasi
3. Initial Interview yg efektif :
- More Fruitful Exchange (banyak pertukaran informasi yg bermakna)
- Lasting rapport (rapport yang bertahan lama)
- Setting Interview
- Konfidensialitas
- Pertimbangan etnik & ras
- Berbagai cara untuk mendapat informasi
- Tingkah laku terapis
- Interview dengan populasi spesifik
Tahapan Wawancara Klinis
1. Pengaturan & Pembukaan
- Pengaturan ruangan
- Sambut ITEE (salam penerimaan)
- Perkenalkan diri
- Persilahkan duduk, dst → cairkan ketegangan, tunjukkan penerimaan, penghargaan → pupuk atmosfir yg kondusif utk bangun Rapport
- Perkenalan lebih jauh
2. Pengumpulan Informasi
- Ajak ITEE utk masuk kedalam situasi wawancara yg sesungguhnya dg cara yg nyaman untuknya, bawa ITEE kedalam situasi baru, beralih dari small talk ke pembicaraan pokok.
- Beri kesempatan klien utk membangi informasi sebanyak2nya tanpa terlalu mempengaruhi klien.
- Mis: “Apa yang mendorong Bapak/Ibu untuk datang ke klinik hari ini?”
- Gunakan pertanyaan2 awal, mulai dari hal2 yang umum, background & non-threatening → pertahankan rapport & motivasi.
- Gunakan pertanyaan2 pokok, diikuti dengan pertanyaan2 probing, follow-up, dsb, untuk dapatkan/beri informasi utama & pelengkap yang menjadi sasaran wawancara
- Pertahankan interaksi efektif, gunakan pertanyaan dan perilaku yang motivating, mendengar aktif, hindari perilaku yang menghambat (The Do’s & The Dont’s)
- Arahkan pembicaraan ke tujuan wawancara (Intended goals) → manfaatkan variasi teknik & pendekatan bertanya
Yang Boleh:
- Beri waktu : jeda, kesempatan
- Ulangi jawaban : bila singkat
- Tunjukkan minat
Yang Tidak Boleh:
- Menciptakan ketegangan
- Memojokkan
- Mengarahkan
- Mengecam
- Memotong
- Mengajukan pertanyaan sensiitif terlalu dini
3. Penutup Wawancara
- Indikasikan wawancara akan berakhir
- Review ‘kerangka’ wawancara
- Cek hal2 yang masih perlu ditanyakan
- Ajukan pertanyaan2 pelengkap
- Buka kesempatan ITEE bertanya, beri penjelasan yang diperlukan
- Tutup wawancara.......... Terima kasih!!!!
4. Tunjukkan penghargaan
5. Jaga kesan/citra & motivasi
Tipe-tipe Wawancara Klinis
1. Case History Interview
menghasilkan riwayat kasus/riwayat pribadi klien:
2. Wawancara Terstruktur
3. Wawancara Status Mental
Sekian artikel tentang Proses Observasi dan Wawancara dalam Psikologi Klinis.
5. Jaga kesan/citra & motivasi
Tipe-tipe Wawancara Klinis
1. Case History Interview
menghasilkan riwayat kasus/riwayat pribadi klien:
- Identifikasi data
- Situasi saat ini
- Keadaan keluarga
- Kondisi kesehatan
- Minat, kesenangan
- Deskripsi diri
- Harapan untuk masa depan
2. Wawancara Terstruktur
- Dapat meningkatkan reliabilitas proses wawancara
- Banyak gunakan pertanyaan tertutup
- Resiko: klinisi terlalu tergantung pada daftar pertanyaan & kehilangan informasi penting yg tidak ada dalam daftar
3. Wawancara Status Mental
- Untuk tentukan apakah seseorang terganggu atau tidak
- Most important step in the clinical evaluation of individuals suffering from or suspected of having mental disorders → langkah terpenting dalam evaluasi klinikal seseorang menderita atau diduga menderita gangguan mental
- Untuk menentukan tingkah laku ‘normal’ atau ‘ abnormal’
- Areas covert in mental status exam :
- appearance & behavior
- attitude toward R
- psychomotor activity : terganggu/ tidak
- affect & mood
- speech & thought
- perceptual disturbances
- orientation : tempat, waktu
- attention, concentration, memory
- intelligence
- reliability, judgement & insight
Sekian artikel tentang Proses Observasi dan Wawancara dalam Psikologi Klinis.
Open Comments
Close Comments