Pengertian dan Tujuan Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli
Pengertian dan Tujuan Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli - Seperti telah dijelaskan pada artikel sebelumnya yaitu Macam-Macam Wawancara dan Penjelasannya Menurut Para Ahli, wawancara persuasif bertujuan untuk mempengaruhi cara seorang responden berpikir, merasa, dan atau bertindak. Gambaran yang paling mudah adalah wawancara yang dilakukan saat adanya kegiatan penjualan mobil, asuransi, pakaian, kartu kredit. Wawancara persuasif tidak hanya mencakup kegiatan mempengaruhi perilaku membeli. Usaha untuk merekrut dalam organisasi sosial/ nirlaba juga biasanya terdapat usaha-usaha wawancara.
Catatan penting dalam wawancara Persuasif: Etika
Etika merupakan dasar dari wawancara Persuasi. Etika adalah suatu dasar pedoman bertingkah laku pada masyarakat, baik tertulis maupun tidak tertulis, agar tercipta keharmonisan/ ketertiban umum. Isu etika berfokus pada pertimbangan nilai tentang derajat benar dan salah, serta kebajikan. Setiap strategi dan taktik yang disalahgunakan dan diidentifikasi sebagai hal yang manipulatif disebut tidak etis (Stewart, 2011).
Pedoman yang paling sederhana adalah menerapkan prinsip komunikasi yang adilm jujur, dan dirancang untuk tidak menyakiti orang lain (Woodward dan Denton dalam Stewart, 2011). Aturan emas yangsangat umum adalah, “lakukan kepada orang lain seperti diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain”.
Sebagai seorang pewawancara persuasif sangat penting untuk memperhatikan etika. Saat ini, terdapat kecenderungan pada pewawancara persuasif untuk tidak mengatakan kejujuran tentang keadaan sebenarnya. Hal ini menurunkan kepercayaan masyarakat akan pada suatu wawancara persuasif.
Keberhasilan Wawancara
A. Menyuguhkan proposal yang tepat
Berbeda dengan macam wawancara lainnya, dalam wawancara persuasi dibutuhkan penyeleksian responden yang jelas akan dapat dipengaruhi. Penolakan adalah hal yangsangat umum pada wawancara ini. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika memiliki persiapan yang memenuhi 5 kriteria keberhasilan persuasi, yaitu:
B. Menganalisis Responden
Keberhasilan suatu wawancara persuasi sangat ditentukan salah satunya melalui informasi tentang responden. Ada 4 hal yang harus diketahui tentang responden
Panduan pertanyaan diatas tadi menunjukkan bahwa informasi tentang responden adalah sangat penting. Oleh karena itu,
1. Pertimbangkan karakteristik responden, seperti pengalaman masa lalu, peran yang dimainkan, budaya yang membentuk, pola pengasuhan keluarga, penampilan, kecerdasan, ras, bahasa, kesehatan, atau kecacatan. Terkait kecerdasan, semakin cerdas subjek, semakin butuh argumen logis untukmeyakinkannya, dan semakin sulit untuk dipengaruhi.
2. Latar belakang sosial ekonomi berpengaruh terhadap proses persuasi
Catatan penting dalam wawancara Persuasif: Etika
Etika merupakan dasar dari wawancara Persuasi. Etika adalah suatu dasar pedoman bertingkah laku pada masyarakat, baik tertulis maupun tidak tertulis, agar tercipta keharmonisan/ ketertiban umum. Isu etika berfokus pada pertimbangan nilai tentang derajat benar dan salah, serta kebajikan. Setiap strategi dan taktik yang disalahgunakan dan diidentifikasi sebagai hal yang manipulatif disebut tidak etis (Stewart, 2011).
Pedoman yang paling sederhana adalah menerapkan prinsip komunikasi yang adilm jujur, dan dirancang untuk tidak menyakiti orang lain (Woodward dan Denton dalam Stewart, 2011). Aturan emas yangsangat umum adalah, “lakukan kepada orang lain seperti diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain”.
Sebagai seorang pewawancara persuasif sangat penting untuk memperhatikan etika. Saat ini, terdapat kecenderungan pada pewawancara persuasif untuk tidak mengatakan kejujuran tentang keadaan sebenarnya. Hal ini menurunkan kepercayaan masyarakat akan pada suatu wawancara persuasif.
![]() |
image source: |
baca juga: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Wawancara Survei dalam Psikologi
A. Menyuguhkan proposal yang tepat
Berbeda dengan macam wawancara lainnya, dalam wawancara persuasi dibutuhkan penyeleksian responden yang jelas akan dapat dipengaruhi. Penolakan adalah hal yangsangat umum pada wawancara ini. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika memiliki persiapan yang memenuhi 5 kriteria keberhasilan persuasi, yaitu:
- Proposal/pengajuan menciptakan atau membahas kebutuhan, keinginan, motif, untuk responden. Jika tidak ada kebutuhan, keinginan, motif, tidak akan ada persuasi.
- Proposal/ pengajuan yang ditawarkan konsisten dengan nilai-nilai, keyakinan, dan sikap responden. Kurangnya kompatibilitas, kepercayaan, atau rasa hormat akan mengakibatkan kegagalandalam proses persuasi.
- Proposal/ pengajuan layak, praktis, atau dengan biaya terjangkau untuk responden manjadi hal yang sangat penting.
- Keuntungan proposal melebihi kerugian responden. Oleh karena itu, pembujuk harus dapat mengenali dan menetralisir penolakan yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
- Proposal/ pengajuan adalah yang terbaik bagi responden. Tidak ada program yang lebih baik dari proposal/ pengajuan pembujuk.
B. Menganalisis Responden
Keberhasilan suatu wawancara persuasi sangat ditentukan salah satunya melalui informasi tentang responden. Ada 4 hal yang harus diketahui tentang responden
- Aspek kepribadian Responden
- Apa yang responden ketahui
- Apa yang responden percaya
- Apa yang dirasakan oleh responden.
Panduan pertanyaan diatas tadi menunjukkan bahwa informasi tentang responden adalah sangat penting. Oleh karena itu,
1. Pertimbangkan karakteristik responden, seperti pengalaman masa lalu, peran yang dimainkan, budaya yang membentuk, pola pengasuhan keluarga, penampilan, kecerdasan, ras, bahasa, kesehatan, atau kecacatan. Terkait kecerdasan, semakin cerdas subjek, semakin butuh argumen logis untukmeyakinkannya, dan semakin sulit untuk dipengaruhi.
2. Latar belakang sosial ekonomi berpengaruh terhadap proses persuasi
Semakin besar komitmen seorang responden pada suatu kelompok, semakin sulit dipengaruhi. Hal ini sesuai dengan penelitian Charles Lonson, bahwa pengaruh normatif sangat penting bagi individu. Pengaruh normatif adalah keyakinan bahwa seseorang atau kelompok berpikir sanagt penting atau tidak penting untuk melakukan sesuatu.
3. Perbedaan budaya mempengaruhi proses persuasi
3. Perbedaan budaya mempengaruhi proses persuasi
Budaya barat cenderung sangat mementingkan “saya” dan menekankan prestasi individu, kepemimpinan, akumulasi penghargaan; sedangkan budaya timur terpusat pada “kita”, dan menekankan pentingnya kempompok atau tim. Bagi orang-orang timur, orang-orang yang menekankan pada prestasi individu sangat menjijikan dan ofensif. Selain itu, pada sekelompok budaya, pemberian hadiah adalah hal biasa, namun bagi beberapa kelompok, hal itu termasuk dalam kategori suap. Perbedaan budaya waktu bisa menjadi masalah. Di amerika, uang adalah waktu, sehingga harus tepat waktu. Di Inggris, dibenarkan untuk telah 5-15 menit. Di Italia, orang membenarkan telat hingga 2 jam.
4. Nilai mempengaruhi proses persuasi
4. Nilai mempengaruhi proses persuasi
Keyakinan fundamental tentang negara, danmode perilaku memotivasi orang untuk berpikir, merasa, atau bertindak dengan cara tertentu. Nilai, sering disebut sebagai “tombol panas” karena merupakan keyakinan dan sikap.
Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat dikaitkan dengan nilai, sebagai sumber yang yag harus dipertimbangkan untuk mendapatkan kesuksesan wawancara persuasif
5. Emosi
Emosi kadang disebut sebagai perasaan/ nafsu, secara signifikan mempengaruhi cara orang berpikir, merasa, dan bertindak. Emosi juga merupakan hal yang dipertimbangkan saat melakukan persuasi. Daya tarik nilai dan emosi yang spesifik menjadi pemicu munculnya perangkat untuk penilaian dan tindakan. Mengubah atau memperkuat pemikiran responden, perasaan, atau tindakan adalah proses yang kompleks.
Terciptanya suatu wawancara persuasi yang sukses adalah ketika menyadari suasana hati responden. Saat suasana hati responden sesuai dengan topik, situasi, dan tujuan, maka responden akan mudah untuk tertarik dalam “bujukan/ pengaruh pewawancara”.
C. Menganalisis Situasi
Situasi wawanacara adalah konteks total seseorang, hubungan, motif, peristiwa, waktu, tempat, dan objek.
Proses Wawancara Persuasif
Berikut ini merupakan gambaran proses wawancara persuasi
A. Merencanakan wawancara
B. Melakukan wawancara
Inti wawancara
Menutup wawancara
Sekian artikel tentang Pengertian dan Tujuan Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli.
Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat dikaitkan dengan nilai, sebagai sumber yang yag harus dipertimbangkan untuk mendapatkan kesuksesan wawancara persuasif
5. Emosi
Emosi kadang disebut sebagai perasaan/ nafsu, secara signifikan mempengaruhi cara orang berpikir, merasa, dan bertindak. Emosi juga merupakan hal yang dipertimbangkan saat melakukan persuasi. Daya tarik nilai dan emosi yang spesifik menjadi pemicu munculnya perangkat untuk penilaian dan tindakan. Mengubah atau memperkuat pemikiran responden, perasaan, atau tindakan adalah proses yang kompleks.
- Beberapa emosi yang diperlukan untuk bertahan hidupdiantaranya adalah perasaan benci, takut, marah, cinta, daya tarik seksual.
- Beberapa emosi yang diperlukan dalam keterlibatan sosial adalah kebanggaan, malu, rasa bersalah, simpati, kasihan, humor, kegembiraan, dan kesedihan.
Terciptanya suatu wawancara persuasi yang sukses adalah ketika menyadari suasana hati responden. Saat suasana hati responden sesuai dengan topik, situasi, dan tujuan, maka responden akan mudah untuk tertarik dalam “bujukan/ pengaruh pewawancara”.
C. Menganalisis Situasi
Situasi wawanacara adalah konteks total seseorang, hubungan, motif, peristiwa, waktu, tempat, dan objek.
Proses Wawancara Persuasif
Berikut ini merupakan gambaran proses wawancara persuasi
A. Merencanakan wawancara
- Menentukan tujuan
- Memilih alasan utama
- Mengembangkan alasan utama
- Memilih strategi
B. Melakukan wawancara
- Membuka
- Jangan membuka pembukaan yang rutin
- Pikirkan pembukaan penjualan
- Jangan terburu-buru ataupun memperpanjang pembukaan
Inti wawancara
Menutup wawancara
- Sidang penutupan
- Mengisi kontrak
- Berpisah
Sekian artikel tentang Pengertian dan Tujuan Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli.
Posting Komentar untuk "Pengertian dan Tujuan Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli"