Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Bentuk Terapi Psikologi dalam Intervensi

Pengertian dan Bentuk Terapi Psikologi dalam Intervensi - Di dunia psikologi banyak sekali bentuk-bentuk intervensi secapa psikologis, yang sering disebut psikoterapi. Terapi-terapi tersebut dapat digunakan secara individual maupun kelompok. Untuk menangani klien yang membutuhkan intervensi psikologi, seorang psikolog dapat menggunakan pendekatan atau bentuk terapi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam penggunaannya, masing-masing klien, meskipun memiliki masalah yang sama belumtentu dapat diberikan intervensi atau terapi yang sama pula. Misal individu yang mengalami gangguan kecemasan, bisa jadi klien A cocok dengan CBT sedangkan Klien B cocok dengan REBT.

Untuk menentukan intervensi yang tepat atau yang cocok diberikan kepada klien, seorang psikolog harus melakukan asesmen terhadap klien terlebih dahulu. Asesmen ini bertujuan untuk menggali informasi-informasi mengenai permasalahan yang dihadapi klien. Sebelum diberi intervensi, seorang psikolog atau terapis harus memahami akar masalah yang dihadapi klien sehingga menimbulkan gangguan psikologis. Setelah memahami akar permasalahan yang dihadapi, kemudian psikolog atau terapis membuat rancangan dalam memberikan intervensi yang tepat guna membantu menyelesaikan permasalahan klien yang dihadapi.

Dalam intervensi sosial, terapis tidak bisa bekerja sendiri, seperti yang diterangkan pada minggu kemarin, untuk memecahkan masalah di lingkungan sosial dibutuhkan sebuah tim pekerja sosial. Dalam menentukan bentuk intervensi yang tepat, seperti halnya dalam kasus individual, dalam lingkup sosial tim pekerja sosial harus melakukan asesmen terlebih dahulu sebelum memberikan intervensi. Asesmen mendalam sangat dibutuhkan untuk menentukan intervensi apa saja yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Setelah dilakukan asesmen, mungkin bentuk intervensi yang diberikan tidak hanya intervensi psikologis, tetapi bisa dari intervensi lain, misalnya kesehatan, pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya.

Untuk lebih mengenal intervensi sosial, alangkah baiknya kita terlebih dahulu memahami bentuk-bentuk intervensi yang sudah baku di dunia psikologi. Jika kita terjun di masyarakat atau lingkungan sosial lainnya, ketika kita menghadapi sebuah permasalahan sosial dan dituntut untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada, kita dituntut dapat mengaplikasikan ilmu sesuai dengan disiplin ilmu yang kita pelajari di psikologi. Oleh karena itu, perlu kita pahami bersama bentuk-bentuk intervensi apa saja yang biasa diberikan kepada klien atau intervensi yang sudah baku di psikologi.

Yang akan diterangkan dalam bab berikutnya adalah konsep-konsep utama dari berbagai terapi serta penerapannya secara praktis dan implementasi teknik dalam proses terapeutik. Dalam prakteknya, konsep-konsep dalam terapi dapat dituangkan dalam berbagai metode intervensi. Terapis dapat membuat sebuah modul intervensi sesuai dengan kebutuhan.
Pengertian dan Bentuk Terapi Psikologi dalam Intervensi_
image source: www.funkyspacemonkey.com
baca juga: Pengertian dan Fungsi Intervensi Sosial dalam Psikologi

Model-model konseling dan psikoterapi kontemporer menurut Corey,G (2013)

1. Terapi Psikoanalitik

Figur utama: Freud, Figur-figur lain: Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney, Erikson. Secara historis merupakan sistem psikoterapi pertama. Psikoanalisis adalah suatu teori kepribadian, sistem filsafat, dan metode psikoterapi.

Konsep-konsep Utama:

a. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu; id, ego dan superego. Ketiganya adalah nama-nama bagi proses-proses psikologis. Merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan daripada sebagai tiga bagian yang terasing satu sama lain. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego adalah komponen sosial.

b. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama.

c. Kesadaran dan ketidaksadaran.
Konsep ketidaksadaran mencakup : 1) mimpi-mimpi, yang merupakan representasi-representasi simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat, dan konflik-konflik tak sadar. 2) salah ucap atau lupa, misal terhadap nama yang dikenali. 3) sugesti-sugesti pascahipnotik. 4). Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas. 5) bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik proyektif.

Freud percaya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan kesadaran. Oleh karena itu, sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya ketika menyadari motif-motifnyalah individu bisa melaksanakan pilihan. Proses-proses tak sadar adalah akar dari gejala tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini “penyembuhan” adalah upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan apa saja yang menghalangi fungsi psikologis.

d. Kecemasan
Untuk memahami psikoanalitik, kita perlu memahami konsep kecemasan. Kecemasan merupakan keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego akan mengendalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.

e. Mekanisme Pertahanan Ego
Apabila konselor menangani resisten-resisten dan pertahanan-pertahanan, maka pemahaman atas sifat danfungsi pertahanan-pertahanan ego menjadi penting.mekanisme pertahanan ego membantu indifidu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego.

Beberapa bentuk pertahanan ego:

1. Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam

2. Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.

3. Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya, hal ini bisa menimbulkan kecemasan.

4. Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan sebelumnya.

5. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera.

6. Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Misal: dorongan agresif pada individu disalurkan melalui olah raga.

7. Displacament
Mengarahkan energi kepada objek asal atau yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau. Misal; seorang anak yang ingin memukul orang tuanya, tapi kemudian dialihkan ke adiknya atau barang.

8. Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan atau tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan.

9. Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat sadar, jika yg dirasakan individu lebih menimbulkan ancaman, individu menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal perasaannya. Misal; tidak menyukai pimpinan, tetapi menuntukan perilaku hormat dan taat karena cemas jika perasaan yang sebenarnya diketahui.

Tujuan Terapeutik
Membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisi, dan ditafsirkan dengan merekonstruksi kepribadian.

Fungsi dan peran terapis
Terapis berusaha membantu klien mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional.

2. Terapi Eksistensial Humanistik

Figur-figur utama: May, maslow, Frankl, Jourard. “kekuatan ketiga” dalam psikologi ini dikembangkan sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme yang dianggap tidak berlaku adil dalam mempelajari manusia

Konsep Utama:
  • Kesadaran diri; individu memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendi
  • Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan. Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
  • Penciptaan makna; individu berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.

Tujuan Terapeutik
Membantu klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaannya dan potensi yang dimiliki serta sadar bahwa dia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.

Peran Terapis
Memahamkan keberadaan klien bahwa dia ada dalam dunia, penekanan terapis berfokus pada keadaan saai ini.

3. Terapi Client-Centered

Pendiri: Carl Rogers. Semula adalah pendekatan nondirektif yang dikembangkan pada tahun 1940an, sebagai reaksi melawan pendekatan psikoanalitik. Berdasarkan pada pandangan subjektif atas pengalaman manusia, terapi client-centered menaruh kepercayaan dan meminta tanggubg jawab yang lebih besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan.

Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, klien adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.

Tujuan dari terapi
Menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tersebut, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikenakannya. Klien menggunakan topeng sebagai pertahanan menghadapi ancaman, hal ini menghambat klien untuk dapat tampil utuh dihadapan orang lain dan dalam usahanya menipu orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.

4. Terapi Gestalt

Pendiri: Fritz Perls. Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekankan kesadaran dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan.

Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Selama fase perkembangan, individu mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya, oleh karena itu individu mencari solusi atas masalahnya, dan adakalanya individu mengalami jalan buntu dalam penyelesaian masalahnya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran untuk melangkah maju menghadapi masalahnya.

Tugas terapis adalah membantu klien mengalihkan dukungan eksternal ke dukungan internal dengan membantu menemukan letak jalan buntu. Jalan buntu adalah titik tempat individu mengalami perasaan yang mengancam karena dia merasa tidak nyaman. Orang yang sering mengungkapkan “saya tidak bisa berbuat apa-apa” “saya tidak tahu harus pergi kemana”. Tugas terapis adalah membantu klien menembus jalan buntu tersebut.

Permainan yang dapat digunakan sebagai metode dalam terapi Gestalt :
  • Permainan dialog
  • Membuat lingkaran
  • Bermain proyeksi, dan sebagainya.

5. Analisis Transaksional

Pendiri: Eric Berne. Suatu model terapi kontemporer yang cenderung ke arah aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.

Tujuan dasar terapi ini adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya.

6. Terapi Tingkah laku

Tokoh utama: Wolpe, eysenck, Lazarus, Salter. Suatu model terapi yang merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar pada penyelesaian gangguan-gangguan tingkah laku yang spesifik. Hasil-hasilnya merupakan merupakan bahan dari eksperimentasi lebih lanjut. Terapi tingkah laku secara sinambung berada dalam proses penyempurnaan.

Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematik prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.

Ciri-ciri unik terapi tingkah laku:
  • Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik
  • Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
  • Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah.
  • Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi

Teknik-teknik utama terapi tingkah laku:
  • Desensitisasi sistematik, digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dengan cara memunculkan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkahlaku yang akan dihapus.
  • Latihan asertif, latihan asertif dapat digunakan pada individu yang 1) tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung; 2) menunjukkan kesopanan yang berlebihan; 3) memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”; 4) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi positif; 5) merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran sendiri. 
  • Terapi aversi, terapi ini digunakan untuk meredakan gangguan perilaku yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya, misalnya dengan memberikan hukuman berupa kejutan listrik.
  • Pengkondisian operan, tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Metode-metode pengkondisian operan: penguat positif, pembentukan respon, penguat intermiten, penghapusan, pencontohan, token economy.

7. Terapi Rasional-Emotif

Pendiri: Albert Ellis. Suatu model terapi yang sangat didaktik, berorientasi kognitif tindakan, serta menekankan peran pemikiran dan sistem-sistem kepercayaan sebagai akar masalah-masalah pribadi.

Ellis (1974) menjelaskan bahwa individu berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan. Ketika individu beremosi mereka juga berpikir dan bertindak, ketika mereka bertindak mereka juga berpikir dan beremosi, ketika mereka berpikir mereka juga beremosi dan bertindak. Untuk memahami tingkah laku individu yang merugikan diri sendiri, harus dipahami terlebih dahulu bagaimana individu berpikir, beremosi dan bertindak. Ellis (1973) juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari terapi ini adalah membantu individu mengubah pikiran yang irasional menjadi rasional dan menunjukkan kepada individu bahwa pikiran yang irrasional merupakan sumber masalah emosi yang dialami oleh mereka.

8. Terapi Realitas

Pendiri: William Glasser. Suatu model terapi yang dikembangkan sebagai reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang berokus pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan di mana para klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya, bisa mencapai keberhasilan.

Ciri terapi realitas:
  • Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental
  • Berfokus pada perasaan, skap dan perilaku sekarang
  • Berfokus pada saat ini, bukan masa lampau
  • Menekankan pertimbangan nilai
  • Menekankan transferensi
  • Terapi realitas menekankan aspek kesadaran
  • Terapi realitas menghapus hukuman
  • Menekankan tanggung jawab


Posting Komentar untuk "Pengertian dan Bentuk Terapi Psikologi dalam Intervensi "